BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil
budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan
generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks
sosio budaya (Dr. M. Subardjo dan Ukim Komarudin, M.Pd, 2009:1). Pendidikan
memang sangat berperan dalam sebuah hubungan dalam bermayarakat, tentunya dalam
hal menjalin hubungan silaturahmi yang baik sesama manusia.
Manusia berpendidikan senantiasa dapat mengkaji berbagai
persoalan yang sedang berkembang dalam sebuah tatanan masyarakat, baik itu
tatanan ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun pembangunan. Pendidikan pada
dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup
lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga
masyarakat, bangsa maupun antar bangsa (Umedi, 2004:1).
Namun saat ini pendidikan kita belum sepenuhnya dapat
memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dengan rendahnya mutu lulusan,
permasalahan dalam dunia pendidikan yang sangat beragam, banyaknya kecurangan
yang dilakukan oknum yang tidak memiliki etika dalam profesinya bahkan lebih
berorientasi pada proyek. Akibatnya sering kali hasil pendidikan mengecewakan
masyarakat.
Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB
II Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Namun pada saat ini kondisenya sangat bertentangan sekali
dengan apa yang dituliskan di atas, banyak sekali orang-orang pintar tidak
mengamalkan apa yang mereka dapatkan dari dunua pendidikan, mereka hanya
memanfaatkan ijazah yang didapat untuk mendapatkan kedudukan yang mereka
inginkan. Alhasil banyak sekali pejabat-pejabat yang melakukan penyimpangan
padahal mereka tau apa yang mereka lakukan itu salah dan bahkan melanggar
hukum, seperti tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sumber Daya Manusia
(SDM) yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus bangsa belum
sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa
dalam kemajemukan budaya bangsa (Umaedi, 2004:245).
Sudah menjadi pendapat umum bahwa permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, diantaranya melalui
pengadaan buku dan alat pelajaran, berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi guru, perbaikan, pengadaan sarana dan sarana pendidikan serta
peningkatan kualitas menejemen sekolah (Tilaar, 1999:23).
Meningkatkan mutu pendidikan bukan merupakan upaya yang
sederhana, melainkan memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan yang sejalan
dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Betapa
pentingnya meningkatkan mutu pendidikan, sehingga mendorong berbagai pihak
untuk melakukan berbagai upaya dan perhatian terhadap pendidikan. Salah satu
upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memperhatikan metode dan model
evaluasi dalam penddikan. Karena disini peran evaluasi adalah untuk mengetahui
seberapa jauh keberhasilan pendidikan itu tercapai.
Bukan menjadi sesuatu yang tidak mungkin kalau kekurang berhasilan
pendidikan pada saat ini disebabkan karena kekurang minatnya siswa pada mata
pelajaran tertentu yang mereka anggap tidak menyenangkan. Apalagi ditambah
dengan guru-guru yang mereka anggap kiler dan pengajaran yang monoton, tentu
saja pembelajaran ini akan sulit sekali memperoleh kata berhasil dalam mencapai
suatu tujuan pendidikian.
Bukan menjadi rahasia umum lagi kalau pelajaran IPS merupakan
suatu pelajaran yang sangat membosankan bagi siswa. Terbukti disaat pelajaran
ini berlangsung banyak siswa yang mengantuk dan ada juga yang mencoret-coret
buku dengan gambar dan tulisan yang tidak jelas, sebagai kamuflase agar
terlihat oleh guru seolah-olah sedang mencatat dan mendengarkan materi yang
sedang diterangkan. Hal itu terjadi karena memang pelajaran IPS yang tidak
lepas dari hafalan dan pengulangan materi dari tiap jenjangnya, apalagi
ditambah dengan pengajaran yang monoton oleh guru mata pelajaran dengan
menghabiskan waktu pelajaran dengan ceramah, seolah siswa hanya dianggap botol
kosong yang harus diisi dengan air sampai penuh. Siswa dituntut untuk
mendengarkan cerita tentang sejarah layaknya dongeng pengantar tidur, mengkaji
objek-objek geografi yang begitu banyak dan luas, menghitung uang yang
bentuknya tidak nyata dalam akuntansi. Tentunya semua itu membuat semangat dan
gairah belajar siswa menjadi berkurang bahkan enggan untuk mengikuti pelajaran,
kemudian akan berdampak pada keberhasilan belajar mengajar. Menanggapi hal
demikian tentunya harus ada inovasi metode yang bervariasi, baik itu strategi,
sumber, media, maupun evaluasi pengajarannya. Metode mengajar harus dapat
membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa (Abu Ahmadi, 1997:53)
Dalam bukunya yang berjudul evaluasi pendidikan, Drs. Wayan
Nurkuncoro dkk. (1986:24) berpendapat bahwa:
Pengajaran
yang efektif menghendaki dipergunakannya alat-alat untuk menentukan apakah
suatu hasil belajar yang diinginkan telah benar-benar tercapai, atau sampai
dimanakah hasil belajar yang diinginkan tadi telah tercapai. Kita tidak akan
dapat memberikan bimbingan yang baik dalam usaha belajar yang dilakukan oleh
murid-murid kalau kita tidak memiliki alat untuk mengetahui kemampuan
murid-murid dalam pencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan evaluasi, yang terkadang dianggap menakutkan
bagi sebagia siswa karena biasanya evaluasi dijadikan senjata pamungkas oleh
guru sebagai sanksi ketika siswa melakukan pelanggaran di kelas. Melalui
skripsi ini penulis mencoba merubah paradigma siswa tentang evaluasi yang
menakutkan menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Sehingga siswa
menjadi termotifasi dan bergairah dalam kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas.
Metode evaluasi model
ini merupakan jenis evaluasi tes, karena dalam model ini siswa dituntut untuk
menjawab pertanyaan yang jawabannya telah tersedia dalam kotak abjad yang
dibuat seolah-olah teracak, padalah jawabannya telah ada pada salah satu garis
vertical, horizontal, ataupun diagonal. Siswa tinggal mencari dan menggaris
kata yang dianggap benar oleh siswa. Menurut Drs. Wayan Nurkuncoro dkk.
(1986:25) tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Adapun unsur-unsur tes adalah
sebagai berikut :
- Bahwa tes itu berbentuk suatu tugas yang
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah.
- Bahwa tes itu diberikan kepada seorang anak
atau sekelompok anak untuk dikerjakan.
- Bahwa respon anak atau kelompok anak
tersebut dinilai.
Diharapkan dengan metode word
square siswa menjadi antusias dan menambah gairah pembelajaran IPS.
Sehingga pelajaran IPS bukan lagi menjadi pelajaran yang membosankan untuk
dipelajari. Dari uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul ”METODE EVALUASI MODEL WORD SQUARE PENGARUHNYA TERHADAP GAIRAH BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 TENGAH TANI KABUPATEN CIREBON”.
B. Perumusan Masalah
1.
Identifikasi masalah
a.
Wilayah kajian
Wilayah kajian dalam skripsi ini adalah termasuk wilayah
kajian Evaluasi Pendidikan IPS.
b.
Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan
pendekatan empirik, yaitu penelitian lapangan yang dilaksanakan di SMP Negeri 1
Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
c.
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah
metode evaluasi model word square pengaruhnya
terhadap gairah belajar siswa.
2.
Pembatasan masalah
Untuk menperoleh hasil penelitian yang terarah terhadap judul
di atas yaitu mengenai metode evaluasi jenis word square pengaruhnya terhadap gairah belajar siswa, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut :
a.
Metode evaluasi model word square
Metode evaluasi model Word Square dalam penelitian
adalah model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan
kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti
mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun
disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka
penyamar atau pengecoh. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit
siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
b.
Gairah belajar siswa
Gairah belajar dalam penelitian ini adalah gairah belajar
siswa atau keinginan yang kuat dalam mengikuti pelajaran IPS di SMP Negeri 1
Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
3.
Pertanyaan penelitian
Permasalahan skripsi dapat dirumuskan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a.
Bagaimana penerapan metode evaluasi model word square di SMP Negeri 1 Tengah Tani
Kabupatan Cirebon?
b.
Bagaimana gairah belajar siswa pada mata pelajaran IPS
di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon?
c.
Bagaimana metode evaluasi model word square pengaruhnya terhadap gairah belajar siswa di SMP Negeri
1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam
penulisan skripsi ini adalah :
a.
Untuk memperoleh data tentang penerapan metode evaluasi
model word square di SMP Negeri 1
Tengah Tani Kabupaten Cirebon
b.
Untuk mengetahui gairah belajar siswa pada mata
pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon
c.
Untuk mengetahui metode evaluasi model word square pengaruhnya terhadap gairah
belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten
Cirebon
D. Kerangka Pemikiran
Pandangan tentang evaluasi bagi
siswa memang terkesan menakutkan, terbukti pada saat guru ingin mengadakan
ulangan harian atau tes yang lainnya siswa tak jarang menjadi panik dan
kebingungan. Padahal sebenarnya evaluasi itu bertujuan untuk memperoleh data
pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan
tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan kurikuler,
setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan (Anas Sudijono, 1996:16). Namun hal itu tidak dapat dipungkiri lagi,
kenyataannya siswa enggan dan malas jika menghadapi evaluasi yang direncanakan
seorang guru mata pelajaran.
Pelajaran IPS merupakan salah satu
mata pelajaran yang dianggap membosankan oleh para siswa, karena materinya yang
selalu berulang-ulang dan metode penyampaian seorang guru yang monoton. Siswa
cenderung kurang berminat mengikuti pelajaran ini, Muhibbin Syah (2002:53)
berpendapat bahwa secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dengan
demikian kurangnya minat dapat mengurangi kegairahan siswa dalam mengikuti
pelajaran IPS.
Menanggapi hal tersebut tentunya
seorang guru harus merubah cara pembelajarannya, yang pastinya dengan metode
yang berfariasi, baik itu metode pembelajaran maupun metode evaluasinya.
Melalui penelitian ini penulis mencoba menerapkan evaluasi dengan menggunakan metode word square. Menurut Rachmad Widodo Word
Square Merupakan model yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.
Pada prinsipnya model ini merupakan kegiatan belajar sambil bermain, namun
lebih ditekankan pada pembelajarannya.
Model ini sangat cocok diterapkan di
jenjang pendidikan menengah pertama atau SMP, karena pada usia ini mereka
termasuk masih senang dengan permainan-permainan. Oleh karena itu penulis
memilih tempat penelitian pada tingkat SMP, tepatnya di SMP Negeri 1 Tengah
Tani Kabupaten Cirebon. Penulis berharap dengan model word square siswa SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon
menjadi semakin bergairah dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran
IPS.
Pokok pikiran dalam penelitian ini
adalah dengan penerapan metode evaluasi model word square siswa akan semakin bergairah dalam mengikuti mata
pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
E. Hipotesis
Hipotesis
adalah asumsi atau dugaan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melaksanakan pengecekan
(Sudjana, 1996: 219). Sedangkan Cik Hasan Bisri (2001: 56) menyatakan bahwa
hipotesis adalah jawaban atas penelitian yang diajukan terhadap masalah yang
telah dirumuskan. Kemudian menurut Suharsimi Arikunto (1992: 62) hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari
pengertian para ahli di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara atas suatu permasalahan penelitian yang sedang dilakukan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka
penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara metode evaluasi model word square dengan gairah belajar siswa
di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara metode evaluasi model word square dengan gairah belajar siswa
di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
F. Langkah-langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menentukan lokasi penelitian
Dalam skripsi ini penulis memilih lokasi penelitian di SMP
Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
2.
Menentukan sumber data
a.
Data teoritik
Data teoritik adalah sumber yang dijadikan data penelitian
yang diperoleh dari buku-buku dan sumber lain yang relevan.
b.
Data empirik
Data empirik yaitu sumber yang dijadikan data penelitian yang
diperoleh berdasarkan penelitian dan pengalaman langsung berdasarkan situasi
dan kondisi yang ada di lapangan, artinya penulis secara langsung terjun
mengadakan penelitian di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
3.
Menentukan populasi dan sampel penelitian
a.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 1996:102). Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa-siswi SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon yang berjumlah
720 siswa.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Suharsimi Arikunto, 1996:104). Adapun pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan random
sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti dapat mengambil sampel secara
objektif karena setiap kelas yang menjadi aggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel. Berdasarkan hasil pengundian , sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII-F di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon yang
berjumlah 40 orang responden.
4.
Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
a.
Observasi
Observasi yaitu pengamatan kegiatan (Muhammad Ali, 1984: 97).
Teknik observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lokasi
dan objek penelitian untuk memperoleh data tentang metode evaluasi model word square dengan gairah belajar siswa
di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
b.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan tanya jawab secara langsung dan sistematis. Adapun pihak yang
diwawancarai yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang penggunaan metode evaluasi model word square dengan gairah belajar siswa di SMP Negeri 1 Tengah Tani
Kabupaten Cirebon.
c.
Angket
Angket adalah pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara
tertulis dalam lembar-lembar pertanyaan (Ahmad Fauzi, 1999: 35). Penulis menyebarkan angket kepada responden
yang dijadikan sampel, untuk mengetahui lebih jauh penggunaan metode evaluasi model
word square dengan gairah belajar
siswa di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
d.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara melihat dan mencatat
gambaran umum tentang pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Tengah Tani Kabupaten
Cirebon.
5.
Teknik analisis data
Untuk menganalisis hasil
penelitian yang diperoleh melalui penybaran angket, penulis menggunakan
analisis data kuantitatif yang dilakukan dengan prosentasi, perhitungan
prosentasi ini dimaksudkan untuk mengetahui besar kecilnya setiap jawaban.
Adapun untuk menghitung skala prosentase digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
P =
Prosentase yang dicapai
F =
Frekuensi responden
N =
Jumlah responden
100% =
Konstan (Anas Sudijono, 1997: 4)
Untuk memenuhi skala posentasi
seluruhnya digunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1992:
167) yaitu :
100% = Seluruhnya
90% - 99% = Hampir seluruhnya
60% - 89% = Sebagian besar
51% - 59% = Lebih dari setengahnya
50% = Setengahnya
40%- 49% = Hampir setengahnya
10% - 39% = Sebagian kecil
1% - 9% = Sedikit sekali
0% = tidak ada
Untuk memudahkan dalam penafsiran
data yang diperoleh, maka penulis menggunakan rumus yang ditulis Ahmad Supardi
dan Hrga Wahyudin Syah, (1998: 52) sebagai berikut :
76% -
100% = Baik
56% - 75% = Cukup
40% - 55% = Kurang baik
< 40% = Tidak baik
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo.
1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Ahmad
Fauzi. 1999. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Anas Sudijono.1997. Pengantar Statistika Pendidikan.
Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada.
Cik Hasan Bisri. 2001. Penuntun
Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam.
Jakarta: Raja Grafindo.
Drs. M. Subardjo dan Ukim Komarudin,
M.Pd. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Drs. Wawan Nurkuncoro, dkk. 1986. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Muhammad Ali. 1984. Guru
dalam Proses Balajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Muhibbin Syah. 2002. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan.
Bandung: Falah Production.
Suharsimi Arikunto. 1992. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Putra.
Tilaar. 1999. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Umaedi. 2004. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah /
Madrasah (MMBS/M). Jakarta: Bumi Aksara.
Materi itu didapat saat mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru, judulnya "MODEL - MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF" yang ditulis oleh "Drs. Maison, M.Si. Untuk mengetahui model model pembelajaran yang lainnya, klik URL ini: http://nurhay13.blogspot.com
BalasHapus